Kamis, 18 Juli 2013

KUNCI SUKSES TANAM CABAI KERITING DI LAHAN KERING

Budidaya cabai keriting adalah hal yang sudah tidak asing lagi, tetapi kalau menanamnya di lahan kering atau lahan tadah hujan atau lahan miring, membutuhkan kiat-kiat khusus agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Kita hanya dapat menanam satu kali saja dalam setahun, karena pengairan sangat bergan-tung pada air hujan. Inilah beberapa kunci suskses budidaya cabai keriting di lahan kering:

1. Persiapan Lahan

Lahan dibuat guludan dengan ukuran lebar 100-110cm panjang menyesuaikan dengan lahan. Tinggi guludan 30-50 cm, jarak antar guludan/parit 50 cm. Guludan dibuat sesuai garis kontur atau nyabuk gunung. Pembuatan guludan ini dilaksanakan pada musim kemarau, sehingga sewaktu hujan turun lahan sudah siap. Berikan pupuk organik secukupnya. Pupuk dasar diberikan sebelum guludan ditutup dengan plastik mulsa, yaitu sesudah tanah cukup basah oleh air hujan.

2. Pembibitan dan Waktu Tanam

Benih cabai keriting dari berbagai varietas sekarang sudah banyak tersedia di toko-toko pertanian. Karena sangat bergan-tung pada air hujan, pembibitan cabai keriting dilakukan setelah hujan dengan intensistas tinggi turun pertama kali, biasanya pada awal bulan Nopember. Setelah bibit berumur sekitar 25 hari atau hujan sudah turun dengan intensitas tinggi, siapdipindah tanam.

3. Pemupukan dan Pengendalian OPT

Pemupukan susulan diberikan dengan interval 1 minggu sekali dengan cara dikocor atau di tajug dengan membuat lubang disebelah lubang tanam berjarak 15 cm dari tanaman. Pupuk yang digunakan menyesuaikan dengan kebiasaan setempat. Bisa digunakan pupuk NPK phonska dan ZA serta tambahan pupuk mikro (calsium, magnesium, boron dll).
Pemupukan terus dilanjutkan sampai dengan masa panen, dengan menambahkan unsur kalium (KCL, MKP).

Pengendalian OPT dilakukan sejak awal. Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabai tampar pada musim
penghujan adalah Lalat buah, Ulat buah dan Antraknosa (pathek). Hama thrips kadang juga menyerang tanaman cabai
tampar pada musim hujan. Untuk mengendalikan lalat buah dan ulat dapat dibuat perangkap sex pheromon yang dipasang di luar areal pertanaman, dan Dilakukan penyemprotan secara rutin dengan insektisida kontak dari golongan pyrethroid atau organophospat pada saat tanaman mulai berbuah. Untuk hama
thrips bisa digunakan insektisida berbahan aktif abamektin, klorfenapir, imidakloprid, dll. Penyemprotan dilakukan dari atas dan bawah bagian tanaman. Sedangkan untuk penyakit antraknosa/pathek dapat dikendalikan dengan fungisida nabati atau fungsida kimia berbahan aktif Mankozeb, Propineb, Ziram, Tembaga Hidroksida, atau dari golongan Triazole.Pengendalian hama dan penyakit juga bisa dilakukan dengan menjaga sanitasi lingkungan, membersihkan lahan dari gulma dan buah yang rusak dikubur atau dibakar.

4. Panen dan Pasca Panen

Umumnya cabai tampar dapat dipanen sekitar umur 90 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan 2-3 hari sekali, jangan
lebih dari 5 hari, karena buah akan terlalu masak dan kualitas menurun. Cabai yang telah dipanen bisa dijual dipasar (untuk daerah Kuala Simpang dan sekitarnya) pada pagi hari atau pada
Sore hari.

Ditulis Oleh: Rahmad (P.A.R. Kec. Bendahara)
E-mail : vjamexs@yahoo.co.id
Hp: 082360051644

Sabtu, 13 Juli 2013

BUDIDAYA CABAI KERITING

Kali ini saya akan mengulas tentang bagaimana budidaya cabai keriting yang  baik dan benar, langsung aja yuk kita baca sama-sama,

Aspek Teknik Budidaya Cabai Keriting
A. Golongan Cabai Keriting
Cabai keriting merupakan tanaman musiman dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih.

Tanaman cabai keriting merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini
dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi maupun dataran rendah. Klasifikasi botani tanaman cabai keriting adlh sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Family : Solaneceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L

B. Teknik Budidaya
1. Syarat Iklim.
Pada umumnya cabai keriting dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang
membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah 240 – 270C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C.
2. Syarat Tanah.
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tana-man pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing
(nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8.
3. Persiapan Lahan dan Tanam.
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
• Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya.
• Pengapuran dilakukan jika tanah yang akan ditanami cabai keriting cendrung bersifat asam
• Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 – 40 cm, kemudian dikeringkan selama 7 – 14 hari.
• Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm, tinggi 40 – 50 cm, dan panjang
disesuaikan dengan lahan.
• Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi
ataupun kompos) yang telah matang. Apabila menggunakan MPHP maka bedengan lansung dicampur dengan pupuk anorganik (Urea, ZA, SP-36, KCL atau pupuk NPK)
4. Penyiapan Benih dan Pembenihan.
Benih dapat disemai langsung dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang, sebelumnya bumbung diisi dengan
media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK yang dihaluskan serta Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam bumbungan hingga penuh. Benih cabai keriting yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 – 1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. Berikutnya semua bumbung yang telah diisi benih cabai keriting disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah. Setelah itu segera
lindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan), pemeliharaan persemaian adalah penyi-raman 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter air, saat tanaman muda berumur 10 – 15 hari, serta penyemprotan pestisida
pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk men-gendalikan serangan hama dan penyakit.
5. Pemasangan MPHP.
Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan pupuk buatan secara total sekaligus. Campuran pupuk buatan ini disebar merata dengan tanah bedengan, setelah itu tutup tanah dengan plastik MPHP. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan
dulu selama + 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) benih cabai keriting yang di-tanam. Setelah di pasang lalu lakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang. dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan.
6. Penanaman.
Benih cabai keriting yang siap ditanam ialah yang telah ber-umur 17 – 23 hari atau berdaun 2 – 4 helai. Jarak tanam untuk
cabai keriting adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, benih cabai keriting yang siap dipindah tanamkan segera disiram dengan
air bersih secukupnya. Setelah media semainya cukup kering, benih cabai keriting di tanam dengan kokerannya.
7. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi :
* Pemasangan Ajir (turus) bertujuan untuk menopang pertum-buhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah, pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 1 bulan setelah tanam hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman sewaktu memanennya.
* Penyiraman (Pengairan) dilakukan pada awal pertumbuhan pada saat cabai keriting menyesuaikan diri tehadap lingkun-gan, maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan sesuai keadaan cuaca.
* Perempelan Tunas dan Bunga Pertama bertujuan untuk mera-ngsang pertubuhan tunas-tunas dan percabangan diatasnya
yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Dilakukan pada umur antara 7 – 20 hari.
* Pemupukan Tambahan (susulan), sekalipun tanaman cabai keriting sudah di pupuk total pada saat akan memasang MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk tambahan. Jenis pupuk yang digunakan pada
fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) adalah pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, pada saat pertumbuhan bunga dan buah (generatif) menggunakan
pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan Kaliumnya tinggi.
* Pengendalian Hama dan Penyakit, salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai keriting adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai keriting karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.) berkisar antara 5% – 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai keriting diajurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini mencakup pengendalian kultur teknik, hayati (biologi), varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, dan cara kimiawi.
8. Panen.
Panen cabai keriting sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai keriting mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali.
Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai keriting dipilih pada tingkat kemasakan85%–90% saat warna buah merah kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai keriting untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali.

Itu lah Teknik budidaya cabai keriting saya tau, insya allah sahabat petani di indonesia bisa mencobanya.,

Salam Pertanian ... !!!

Profil: VJ Amexs
E-mail: vjamexs@yahoo.co.id
Stts  : Pantauan Alam Raya

Minggu, 07 Juli 2013

BUDIDAYA GAMBAS

Salam pertanian ...!!!
Kali ini saya akan berbagi ilmu budidaya Gambas atau nama Adalah Oyong.
Gambas atau oyong atau emes ( Luffa acutangula, suku labu-labuan atau Cucurbitaceae), adalah komoditi sayuran minor. Penanamannya biasanya dilakukan dipekarangan atau bagian ladang yang tidak digunakan untuk tanaman lain. Gambas dipanen buahnya ketika masih muda dan diolah sebagai sayur. Gambas atau oyong atau emes masih sekerabat dengan belustru (Luffa aegyptica).

Tanaman ini termasuk dalam famili Cucurbitaceae, berasal dari India, namun telah beradaptasi dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah buah muda, kegunaan lainnya antara lain serat bunga karangnya (bagian dalam buah tua) digunakan untuk sabut, daunnya digunakan untuk lalab atau dapat juga diguna-kan untuk obat bagi penderita demam.

Syarat Tumbuh
Tanaman oyong merupakan tanaman setahun dan tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dapat ditanam di sawah atau di tegalan. Tanaman ini termasuk tanaman memanjat merambat. Tanaman oyong membutuhkan iklim kering, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim. Lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman oyong adalah di daerah yang bersuhu 18-24 ° C, dan kelembaban 50-60%.

Tanaman oyong toleran terhadap berbagai jenis tanah, hampir semua jenis tanah cocok ditanami oyong. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan ber-drainase baik, serta mempunyai pH 5,5-6,8. Tanah yang paling ideal bagi budidaya oyong adalah jenis tanah liat berpasir, misalnya tanah latosol, aluvial, dan podsolik merah kuning (PMK).

Varietas
Varietas yang dianjurkan adalah San-C, Ping-Ann, Miriam, san-C No. 2 (asal Known You Seed, Taiwan), dan Samson.Kebutuhan benih tiap hektar berkisar 5-10 kg.

Pembuatan Benih
Untuk memproduksi benih sendiri dapat dilakukan dengan melakukan panen oyong kurang lebih 110 hari setelah semai (di dataran tinggi) ditandai dengan buah yang telah berwarna coklat, kering, dan bijinya berwarna hitam. Buah dipotong melintang, bijinya dikeluarkan, dibungkus kertas dan dikering-kan hingga kadar air 8%. Biji disimpan dalam stoples yang tertutup rapat yang telah diisi desikan berupa arang atau
abu sekam.

Persemaian
Oyong diperbanyak dengan biji. Benih oyong dapat ditanam langsung di lapangan dengan menggunakan para-para atau teralis untuk tempat merambatnya sulur. Apabila rambatan belum siap dan persediaan benih terbatas, benih dapat di-semaikan dulu menggunakan kantung plastik hitam yang
berdiameter 5 cm yang diisi 2 benih/kantung. Media yang digunakan untuk persemaian berupa media pupuk kandang
dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Bibit dapat dipindah kelapangan pada umur 15-21 hari atau setelah berdaun 3-5 helai.

Pengolahan Tanah Sistem lubang tanam
Tanah dicangkul sampai gembur. Kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam.

Sistem Bedengan
Tanah dicangkul hingga gembur, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 260 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, tinggi ±30 cm, dan jarak antar bedengan ± 60 cm. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 200 x 60 cm atau 200 x 100 cm kemudian masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam.

Sistem Guludan
Tanah dicangkul sampai gembur, buat guludan selebar 60 cm, tinggi 30 cm, dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan
dengan jarak antar guludan ± 140 cm, kemudian masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam.

Penanaman dan pemupukan
Benih ditanam secara langsung atau melalui pesemaian. Bila ditanam secara langsung, masukkan biji oyong sebanyak 2-3 butir tiap lubang tanam, kemudian tutup dengan tanah setebal 1-1,5 cm. Selama satu musim tanam, dilakukan pemupukan dengan pupuk buatan NPK (16:16:16) 300 kg + Urea 100 kg per hektar. Pemupukan dilakukan pada saat tanam, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam dengan dosis masing–masing seper-lima takaran dari total dosis yang dianjurkan. Pemasangan rambatan atau para–para dilakukan saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Para–para bisa berbentuk huruf A, setengah lengkung, lengkungan atau persegi panjang.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman oyong yang biasa dilakukan adalah pemangkasan daun, apabila daun terlalu rimbun, penyiraman dan penyiangan.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman oyong antara lain kumbang daun, ulat grayak, ulat tanah, lalat buah, busuk daun, embun tepung, antraknos, layu bakteri dan virus mosaik. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, gunakan
pestisida yang relatif aman sesuai
rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam pemilihan jenis,
dosis, volume semprot, waktu aplikasi,
interval aplikasi serta cara aplikasinya.

Sabtu, 06 Juli 2013

PENGGUNAAN BAGAN WARNA DAUN (BWD) PADA PADI

Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi.

Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15-20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil.

Cara Penggunaan BWD:
1. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran 50-75 kg per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan.
2. Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.
3. Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.
4. Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk nilai warna daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD.
5. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar matahari, karena mempengaruhi nilai pengukuran.
6. Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai pengukuran lebih akurat.
7. Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas
kritis atau dengan nilai rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman
perlu diberi pupuk N dengan takaran: · 50-70 kg urea per hektar
pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu seperti,
musim hasil rendah adalah musim kemarau), · 75-100 kg urea per hektar pada musim hasil tinggi (di tempat-tempat tertentu seperti musim hasil tinggi adalah musim kemarau), dan 100 kg urea per hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru, baik pada musim hasil rendah maupun musim hasil tinggi.

Itulah Cara penggunaan Bagan Warna Daun [BWD] yang saya ketahui menurut ilmu pertanian.

           t.t.d
    VJ Amex's

HAMA TANAMAN PADI SAWAH DAN CARA PENGENDALIANNYA

Orong-orong
Orong-orong tanaman padi sawah adalah Gryllotalpa orientalis
Burmeister. Orong-orong jarang menjadi masalah pada.budidaya padi sawah, tapi sering ditemukan di lahan pasang surut dan biasanya hanya terdapat di sawah kering tidak digenangi. Penggenangan lahan menyebabkan orong-orong pindah ke pematang. Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan hama ini adalah fase pembibitan sampai anakan. Benih di pembibitan juga dapat dimakannya. Hama ini merusak akar muda dengan cara memotong tanaman padi pada pangkal batang yang berada di bawah tanah. Gejala kerusakan demikian terkadang sering dikira orang disebabkan oleh penggerek
batang (sundep). Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-spot kosong di sawah.

Pengendalian dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk
membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil), jika diperlukan bisa dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran dengan dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Grayak
Ulat grayak tanaman padi sawah adalah Spodoptera litura. Ulat
grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah
sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun tanaman padi. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih dan berlubang, dan hanya mening-galkan tulang daun. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan parah terjadi saat musim kemarau dan tanaman kekurangan air.
Pengendalian dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/konsentrai sesuai petunjuk pada kemasan.

Penggerek Batang
Penggerek batang padi yang menyerang tanaman padi sawah di Indonesia adalah :
· Scirpophaga incertulas
· Scirpophaga innotata
· Chilo suppressalis
· Chilo polychrysus Meyrick
· Chilo auricilius Dudgeon
· Sesamia inferens
· Tryporiza innota
· Tryporiza incertulas
Serangan pada fase vegetatif tidak terlalu mempengaruhi hasil
panen karena tanaman padi masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru. Gejala serangan berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).
Serangan pada fase generatif ditandai dengan larva penggerek batang memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa.
Malai mudah dicabut, pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan
aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih
Hama putih tanaman padi sawah adalah Nymphula depunctalis .Hama putih menyerang tanaman padi mulai fase vegetatif di
persemaian sampai tanaman padi berumur kurang lebih satu bulan.
Hama putih akan memakan jaringan permukaan bawah daun
sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya hama ini adalah adanya larva kecil dan ngengat dengan siklus hidup 35 hari. Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Kerusakan pada daun ditandai daun terpotong seperti digunting.
Daun yang terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya (terbungkus dengan benang-benang sutranya).
Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih Palsu
Adalah Chanaphalocrosis medinalis . Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun , permukaan bawah daun berwarna putih.
Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada
tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Saat diam, ngengat berbentuk segitiga.
Pengendalian hama ini tidak diperkenankan melakukan
penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi sawah yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air dan pupuk dikelola dengan baik. Atau dengan mencegah penggenangan lahan secara terus menerus dan mengeringkan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst dan serangan tidak terkendali, bisa dengan aplikasi insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Wereng Coklat
Hama wereng coklat tanaman padi sawah adalah Nilaparvata
lugens Stal. Wereng coklat merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan pertanaman padi di Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Pemupukan kandungan N tinggi yang tidak diim-bangi dengan P dan K tinggi serta penanaman dengan jarak tanam rapat sangat rentan terserang.wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman padi mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman, menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menguning dan mengering.
Pengendalian hama dengan pengaturan jarak tanam, menanam
varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes , Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Wereng Hijau
Hama wereng hijau tanaman padi sawah adalah Nephotettix
virescens. Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus tungro penyebab penyakit tungro. Fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum merupakan fase paling rentan serangan wereng hijau. Gejala kerusakan ditandai dengan tanaman kerdil, anakan berkurang, serta daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye.
Pengendalian hama ini sama seperti pengendalian hama
wereng coklat.

Walang sangit
Hama walang sangit tanaman padi sawah adalah Leptcorisa
oratorius. Walang sangit adalah hama tanaman padi setelah
berbunga, menghisap cairan bulir padi dan mengakibatkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna, berubah warna serta mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar malai sampai masak susu merupakan fase paling rentan. Hama walang sangit selain menurunkan produksi juga menurunkan kualitas gabah padi. Hama ini menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi insektisida berbahan aktif alfametrin,bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Keong Mas
Hama keong mas tanaman padi sawah adalah Pomacea
canaliculata. Keong mas merusak tanaman padi dengan cara
memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Keong mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi air.
Pengendalian hama dengan pengamatan di lapangan, Waktu
kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda dan keong mas dengan berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan air. Pada tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood = intermitten irrigation).
Bila petani menanam dengan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan diluar ambang kendali bisa dengan aplikasi moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Tikus Sawah
Hama tikus sawah tanaman padi sawah adalah Rattus argentiventer Rob & Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan yang sangat spesifik. Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman padi mulai dari per semaian padi hingga padi siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat serangan tikus sawah bisa mengakibatkan puso dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi dibanding serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lain.

10 RAHASIA MEMPERBANYAK ANAKAN PADI

Salam Pertanian...!!
Banyak anak banyak rejeki, falsafah ini sangat pas jika diterap-kan dalam ilmu.budidaya tanaman padi. Semakin banyak anakan produktif tanaman padi diharapkan akan semakin
banyak malai yang terbentuk dan akhirnya diharapkan semakin
banyak peningkatan produksi yang kita peroleh. Oleh karena banyaknya anakan produktif merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas tanaman padi selain banyaknya bulir isi pada tiap malai.

Banyak sekali teori dan pengalaman dalam ilmu pertanian berbeda daerah berbeda bdaya beda orang beda cara, demikian pula banyak sekali tips, teori dan metode untuk memperbanyak anakan tanaman padi. Kali ini Alam Raya Tamiang akan mem-bagikan sedikit pengalaman kepada pembaca semua bagai-mana caranya untuk memperbanyak anakan produktif tanaman padi. Informasi ini kami peroleh dari berbagai sumber dan pengalaman dilapangan.

1. Tanamlah bibit padi muda. Menurut informasi yang vj smart peroleh, semakin muda umur bibit padi akan semakin potensi memproduksi anakan yang lebih banyak. Umur terbaik untuk tanam padi adalah antara 10–18-21 HSS (hari setelah sebar).
2. Aplikasi pupuk Phospat seperti SP36 seawal mungkin (kalau perlu sehari atau 2 hari sebelum tanam). Pupuk SP36 mem-butuhkan waktu yang agak lama untuk bisa terserap oleh akar tanaman, oleh karena itu pemberian SP36 harus seawal mungkin. Salah satu fungsi unsur P yang terkandung dalam SP36 adalah merangsang pembentukan akar, oleh karena itu  Vj smart menganjurkan pemberian unsur P saat vase pembentukan anakan supaya anakan yang terbentuk bisa diimbangi dengan akar yang sehat, kuat dan panjang.
3. Aplikasi pupuk Nitrogen seperti urea seawal mungkin. Maksimal 5 hari setelah tanam harus sudah diberikan. Unsur Nitrogen merupakan salah satu kunci utama dalam membantu pembentukan anakan, oleh karena itu saat proses pmbentukan anakan jangan sampai belum tersedia unsur ini.
4. Jangan tanam bibit padi terlalu dalam. Cukup 1-2 cm saja sudah cukup. Ini juga merupakan poin penting untuk meningkatkan jumlah anakan produktif tanaman padi. Tanam bibit padi yang terlalu dalam akan menghabiskan energi tanaman padi untuk menembus tanah penutupnya. Cuma didaerah maspary yang menjadi kendala adalah tukang tanamnya yang sulit melaksanakan, yach….. karena terbiasa
tanam dalam. Pernah saya menanyakan pada tukang tandur/ (tukang tanam) kenapa kalau tanam harus dalam, mereka menjawab katanya kalau nggak dalam nggak enak pak!!
5. Pengairan yang tidak selalu tergenang. Jaga pemberian air pada tanaman padi secara periodik diairi lalu dibiarkan sampai kering (tanahnya pecah rambut) lalu diairi lagi demikian seterusnya.
6. Penggunaan varietas unggul seperti benih padi unggul B3 . Setiap varietaspasti akan mempunyai kemampuan sendiri-sendiri dalam membentuk anakan yang produktif.
7. Jarak tanam jangan terlalu rapat, apalagi jika tanahnya subur.
Walaupun anakan terbentuk banyak akan tetapi jika jaraknya terlalu rapat biasanya anakan tersebut menjadi kurang produktif. Kalau bisa gunakan sistem tanam jajar legowo seperti yang telah Vj Smart tulis beberapa waktu yang lalu. Tetapi jika jarak tanamnya menggunakan 40 cm gak perlu pake sistem legowo lagi.
8. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (hormon tanaman) terutama yang mengandung sitokinin dan giberelin. Menurut vj smart poin nomor 8 ini hanyalah opsional, jadi merupakan faktor pendukung saja yang boleh dilakukan dan boleh tidak. Jika mau diberikan sebaiknya bersamaan saat pemupukan oleh karena itu berikan ZPT yang bentuknya padat seperti ZPT Organik yang Gerbang Pertanian telah sediakan. Boleh juga disemprotkan saat umur 15 hst.
9. Pemberian pupuk organik padat sebagai penyubur dan pembenah tanah. Ini berhubungan erat dengan kondosi kesuburan tanah anda dan proses penyerapan unsur hara yang akan diberikan pada tanaman. Oleh karena itu jumlahnya sangat relatif tergantung kondisi tanah masing-masing petani.
10. Waspada terhadap hama dan penyakit. Hama yang punya potensi mengurangi anakan antara lain keong mas, sundep dan tikus. Sedangkan penyakit yang membahayakan saat pembentukan anakan padi adalah penyakit busuk pangkal batang padi. Untuk mengatasi semua itu vj smart telah membahasnya semua. Coba telusuri saja di
kotak pencarian pada blog Alam Raya Tamiang.

Ternyata untuk memperbanyak anakan produktif pada tanaman padi tidak mudah ya…. banyak sekali persyaratan yang harus dipenuhi. Barangkali ada rekan-rekan pertanian yang punya tips lain yang lebih mudah untuk memproduksi anakan produktif tanaman padi silahkan tinggalkan comentar. Kita sharingkan ke teman-teman petani yang lain agar bisa membantu mereka dalam meningkatkan produksinya.

Semoga sedikit tulisan yang terbentuk dari buah pikiran dan
pengalaman dari vj smart ini bisa memberikan jawaban kepada petani atas persoalan peningkatan produksivitas tanaman padi di Indonesia.

Salam Pertanian...!!

                                                VJ SMART