Selasa, 27 Agustus 2013

BUDIDAYA JAGUNG DAN PANDUAN LENGKAP CARA MENANAMNYA

Kali ini saya akan berbagi tentang budidaya jagung yang baik dan benar menurut buku pertanian dan praktek lapangan 3 bulan yang lalu. Sahabat tani bisa membaca di bawah ini,

A. Lokasi Penanaman
Tanaman jagung adalah tanaman yang memiliki tingkat fotosintesis tinggi, jadi sangat memerlukan cahaya matahari.
Maka lokasi yang baik untuk budidaya tanaman jagung adalah areal yang terbuka berupa sawah atau ladang yang tidak terlindung dari cahaya matahari. Lokasi untuk budidaya tanaman jagung sebaiknya tidak tergenang air, namun memiliki kadar air yang cukup. Selain itu, dalam pemilihan lokasi untuk tanaman jagung, sebaiknya harus sesuai dengan syarat tumbuh tanaman jagung, atau yang dibutuhkan oleh tanaman jagung.

Syarat tumbuh dijelaskan sebagai berikut:
1. Susunan atau sifat tanah Sebenarnya semua jenis tanah dapat ditumbuhi jagung, namun sifat tanah yang paling
dikehendaki oleh tanaman jagung adalah yang drainasenya lancar, subur dengan humus dan pupuk yang mencukupi
persediaan untuk tumbuh.

2. Iklim Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam menentukan pertumbuhan dan produksi suatu
tanaman. Iklim yang tidak mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan berpengaruh pada pertumbuhan, termasuk pada tanaman jagung. Walaupun tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin, namun jika terllu banyak hujan jg akan mengurangi kualitas jagung. Tanaman jagung dapat berproduksi dengan baik dan berkualitas pada daerah yang beriklim sejuk yaitu 50 derajat LU sampai 40 derajat LS dengan ketinggian sampai
3000 meter dari permukaan laut. Namun, untuk jenis-jenis jagung tertentu, dapat juga pada tempat yang berbeda dari
kondisi tersebut dan dapat berproduksi dengan baik.

3. Derajat keasaman tanah (pH) Derajat keasaman tanah dipengaruhi oleh banyaknya kandungan unsure kimia
dalam tanah serta kadar air dalam tanah tersebut. Daerah yang cenderung basah dan banyak humus akan menyebabkan
tanahnya cenderung bersifat asam. Sebaliknya tanah yang kering berkapur dengan kadar air yang sedikit akan lebih
bersifat basa. Untuk tanaman jagung sebenarnya toleransi atau kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan cukup baik, yaitu dengan kemampuan hidup maksimal pada derajat keasaman antara 5,5 sampai 7, Derajat keasaman ada 14 skala, untuk skala 1 sampai 7 bersifat asam, sedangkan antara 8
sampai 14 bersifat basa.

4. Kadar air Jumlah air yang ada dalam tanah akan menentukan kadar air tanah. Tanaman jagung memerlukan air terutama untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Jadi penanaman jagung pun banyak diawali pada saat musim hujan mulai
tiba.
Selain menghemat tenaga untuk menyiram juga menambah sejuk/menambah kelembaban udara, Sehingga tanaman tidak kekurangan air, karena dapat mengganggu proses fotosintesis
atau penyusunan makanan yang dilakukan untuk beraktifitas dan berproduksi dari tanaman jagung tersebut.

5. Intensitas cahaya matahari Intensitas cahaya adalah jumlah pancaran cahaya matahari yang intesif dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Untuk tanaman jagung, intensitas cahaya yang banyak dan cukup sangat dibutuhkan selain untuk berfotosintesis, juga untuk berproduksi, karena tnpa intensitas
cahaya yang cukup, bunga tidak dapat berhasil menjadi buah.

6. Suhu lingkungan Suhu adalah tingkat derajat panas suatu benda yang ada dalam lingkungan. Lingkungan tempat hidup
jagung sangat perlu untuk diperhatikan, karena suhu yang tinggi dan kering akan mengganggu kelangsungan proses
penyusunan makanan atau fotosintesis pada tanaman jagung. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 21 sampai 30 derajat celcius. Sedangkan untuk proses
perkecambahan jagung, yang paling tepat adalah antara suhu 21 sampai 27 derajat celcius. Jadi, sedikit lebih membutuhkan
suhu yang lebih sejuk untuk pertumbuhan kecambahnya. Pada umumnya tanaman njagung ditanam pada lahan yang kering
dengan cara multikultur, artinya ditanam bersama dengan beberapa jenis tanaman yang lain.

Namun, penanaman jagung pada lahan kering ini tidaklah mutlak, sebab ternyata tanaman jagung juga dapat tumbuh pada lahan basah yang terdapat pengairan serta sawah tadah
hujan, secara monokultur yaitu menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman.

Cara penanaman jagung ada 2 cara yaitu:
1. Multikultur Multikultur adalah penanaman lahan dengan banyak jenis tanaman yang berbeda-beda secara bersama-sama. Misalnya dalam satu waktu pada suatu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Cara ini sering juga disebut dengan istilah tumpang sari, yang mempunyai tujuan
agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan menjaga keseimbangan persediaan unsure-unsur yang ada dalam tanah.

2. Monokultur Monokultur adalah menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman secara berselang seling, atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya. Penanamn dengan cara ini sering disebut
dengan istilah rotasi tanaman. Rotasi tanaman pada dasarnya memiliki tujuan yang hampir sama dengan tumpang sari, hanya saja waktu penanaman yang berbeda maka pengambilan unsure yang ada dalam tanah juga bergantian. Tapi dengan cara bergantian pula unsur itu akan berkurang, sehingga diharapkan dengan penanaman yang bergantian,keseimbangan jumlah unsur-unsur dalam tanah juga tetap terjaga.

Selain itu juga diselingi dengan tanaman kacang agar dapat diperkaya unsur Nitrogen, karena tanaman kacang tanah dalam akarnya terdapat bintil yang ada bakteri Rhizobium dapat mengikat Nitrogen dari udara bebas. Sehingga dpt disimpulkan
bahwa dengan penanaman kacang tanah, tanah akan subur kembali. Kedua cara tersebut adalah bagian dari cara
penanaman yang dipakai untuk mengatasi lahan yang sudah kritis. Sebenarnya masih ada car yang lain untuk mengatasi
lahan yang kritis, yaitu dengan sengkedan dan terasering. Sengkedan dilakukan pada lahan yang dapat berdampak pada erosi tanah. Sedangkan terasering dilakukan pada lahan yang miring dibuat sawah yang bertingkat-tingkat dengan tujuan
untuk menghambat erosi.

Tanah yang terkena erosi terus menerus akan mengalami:
a. Kekurangan unsur-unsur hara didalamnya
b. Mudah longsor
c. Pengurangan tingkat kesuburan
d. Tidak dapat ditanami
e. Mengurangi hasil produksi Di bawah ini ada usaha-usaha untuk mengembalikan kesuburan tanah apabila terjadi erosi pada lahan tanamn jagung, baik oleh air atau pun oleh angin:

1. Penjemuran Penjemuran adalah cara yang sudah sering dilakukan oleh para petani sejak dahulu, terutama pada lahan
persawahan, caranya dengan mencangkul tanah & membalik-nya, kemudian dibiarkan terkena panas matahari selama beberapa hari.
Tujuan penjemuran adalah untuk:
a. Membunuh bakteri pengganggu yang ada dalam tanah
b. Tanah mendapatkan aerasi/pengudaraan
c. Derajat keasaman tanah atau kebasaan dapat berkurang
d. Tanah dapat kembali subur

2. Penghijauan Tanah yang kurang subur karena terkena erosi, biasanya akan sulit ditanami. Untuk mengatasinya, dapat
dengan penanaman kembali atau penghijauan, yaitu dengan menanam pohon pohon pelindung.
Tujuan penghijauan adalah untuk:
a. Menambah kesuburan tanah, dengan cara pembuatan humus oleh tanaman pelindung melewati daunnya yang berguguran.
b. Akar tanaman pelindung dapat menahan laju air.
c. Mikroorganisme yang ada dalam humus akan dapat menguraikan zat organic dalam humus, sehingga menambah unsure hara dan kesuburan dalam tanah.
3. Rotasi tanaman adalah menanami sebidang tanah dengan
tanaman yang berbeda secara bergantian. Misalnya ditanami jagung, lalu ditanami padi dan seterusnya. Tujuan rotasi tanaman adalah:
a. Agar unsure hara yang ada dalam tanah tdak habis sekaligus
b. Jenis tanaman yang berbeda akan membutuhkan unsure yang berbeda pula, jadi pengambilan unsure terjadi secara bergantian.
4. Pemupukan Pemupukan adalah usaha menambah atau
mengganti hilangnya beberapa jenis unsure yang hilang bersama proses bercocok tanam. Proses yang dapat menyebabkan hilangnya beberapa unsure adalah:
a. Pemanenan dengan cara pencabutan sampai ke akar
b. Hanyut bersama dengan air saat penyiraman.
Macam-macam pupuk yang dapat digunakan antara lain:
a. Pupuk kandang Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak.
b. Pupuk kompos Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari pembusukan sampah organic. Misalnya dari sisa pembusukan daun atau bagian tanaman lain yang sudah mati.
c. Pupuk hijau Pupik hijau adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan yang sengaja dicabut, kemudian di tanam di sekitar lahan pertanian. Tanaman yang sering di tanam adalah jenis kacang-kacangan.
d. Pupuk anorganik atau pupuk buatan Pupik anorganik adalah
macam-macam pupuk yang dibuat oleh pabrik misalnya:
1) Amonium sulfat (NH4)2 SO4 atau sering disebut ZA
2) Nitrogen Posfor Kalium (NPK)
3) Urea
4) ASN atau ammonium sulfat nitrat

1. Syarat tumbuh Lokasi yang baik untuk bertanam jagung sebaiknya memenuhi syarat tumbuh. Misalnya kesuburan
tanah, suhu lingkungan, pancaran sinar matahari, serta tinggi tempat.
2. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi Ketersediaan sarana transportasi dapat mempermudah pengangkutan hasil panen, menekan biaya transportasi serta mencegah prnurunan
mutu jagung sebelum pemasaran.
3. Tujuan pemasaran Lokasi bertanam jagung sebaiknya tidak jauh dari tempat pemasaran. Tujuannya adalah mencegah
penurunan mutu jagung & menghemat transportasi, termasuk biaya pengangkutan oleh tenaga kerja.
4. Ketersediaan tenaga kerja Tenaga kerja sangat diperlukan, dimulai dri proses penanaman, pemeliharaan & saat pema-nenan serta pengolahan hasil panen, sehingga mendapatkan hasil produksi yang baik dan berkualitas serta tidak terjadi penurunan mutu jagung.

B. Benih Tanaman Jagung

Penyediaan benih adalah hal atau factor yang awal dan penting pada aktivitas bertanam jagung. Sebagai langkah awal dalam bertanam jagung,pemilihan bibit unggul biasanya dilaksanakan agar kita dapat mendapatkan hasil produksi yang tinggi pula.

Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam memilih bibit jagung yang baik adalah sebagai berikut:
1. Tongkol diambil dari tanaman jagung induk yang sehat, kuat dan telah tua.
2. Tongkol jagung yang tua berukuran besar, panjang dan langsing.
3. Klobot rapat dari ujung sampai pangkal daun jagung.
4. Biji terletak dalam barisan yang lurus
5. Tongkol memiliki ranbut yang banyak
6. Tongkol sudah dijemur sampai kering Biji yang unggul ditentukan oleh:

1. Faktor genetic adalah factor yang berhubungan dengan genotip yang baik, dan biasanya diturunkan dari induk pada
keturunannya, misalnya daya tahan terhadap penyakit, dan daya reproduksi.
2. Faktor fisik Faktor fisik adalah benih yang bermutu tinggi meliputi kemampuan berkecambah yang tinggi, kadar air
rendah, bersih dan bebas dari kotoran. Untuk mendapatkan benih, sebaiknya kita beli dari tempat pemuliaan, sebab bila
kita menggunakan benih dari pertanaman sebelumnya, akan
mengalaminpengurangan/penurunan kualitas/mutu.

Benih yang unggul dpt kita beli pada took saprotan,distributor
benih atau Balai Benih Induk (BBI). Dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada benih yang disebabkan oleh jamur, maka benih harus kita fungisida, atau insektisida yang berguna untuk membasmi jamur. Misalnya untuk mencegah bulai, dengan cara sebagai berikut:
1) Sediakan air sebanyak 1 liter
2) Masukkan dalam air tersebut 5 g Ridomil
3) Masukkan biji jagung kedalam larutan tersebut
4) Rendam benih selama 15 menit
5) Setelah itu keringkan sampai kering dengan cara dijemur.

C. Lahan dan Penanaman

Pengolahan lahan tanaman jagung bertujuan utk mendapatkan
kondisi lingkungan yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil produksi jagung. Tujuan pengolahan lahan adalah untuk:
1. Menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan jagung.
2. Memperbaiki sifat fisik tanah.
3. Mencegah pertumbuhan gulma dan tanaman pengganggu. Lahan untuk bertanam jagung dapat diolah dgn menggunakan cangkul, bajak ataupun dengan traktor.

Pengolahan lahan untuk bertanam jagung terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Memecah Yang dimaksud memecah pada pengolahan tanah untuk bertanam jagung adalh menfubah kondisi tanah yang tadinya keras dan padat menjadi tanah yang gembur dan lunak, agar dapt diproses selanjutnya. Alat untuk memecah kondisi
tanah ini adalah traktor.
2. Membalik Membalik tanah pada pengolahan tanaman jagung adalah penggantian atau pemindahan posisi dari bagian tanah
sebelas atas menjadi sebelah bawah atau sebaliknya. Hal ini dilakukan karena tiap komposisi tanah yang memiliki sifat yang
berbeda-beda, baik kandungan unsure maupun tingkat kesuburan tanahnya. Alat yang dipergunakan untuk membalik tanah adalah cangkul.
3. Meratakan tanah Proses yang selanjutnya setelah tanah dipecah dan dibalik adalah dengan diratakan, agar proses perawatan yang lain dapat berlangsung dengan mudah.

Alat yang digunakan untuk meratakan adalah garu, dengan tenaga sapi atau kerbau atau tenaga manusia. Di bawah ini
perlu kita ketahui susunan dari lapisan tanah secara horizontal yang terdiri dari 3 lapisan yang utama yaitu:
a. Lapisan tanah atas/top soil Lapisan tanah atas memiliki ciri-ciri antara lain: Terletak pada bagian paling atas dari tanah
sebagai tempat tumbuhnya berbagai tanaman Berwarna gelap Tempat tumbuh dan berkembangnya akar tanaman dengan
mencari makan pada bagian top soil ini Tempat hidup berbagai mikroorganisme Tempat terjadinya humifikasi Tanahnya
gembur Banyak mengandung unsure hara bagi tanaman Porositas dan drainasenya sangat baik. Ketebalannya di-pengaruhi oleh kemiringan, ketinggian dan jumlah tumbuhan yang ada di atasnya.
b. Lapisan tanah bawah/subsoil Ciri-ciri lapisan tanah bawah/subsoil adalah sebagai berikut: Berwarna lebih muda dan
lebih terang Porositas dan drainase rendah Ikatan butiran tanah lebih stabil Banyak mengalami pelapukan Banyak mengandung tanah liat
c. Lapisan bahan atau batuan induk/bed rock Lapisan batuan induk memiliki ciri-ciri antara lain: Lapisan masih berupa batu yang belum mengalami pelapukan. Tempat terdapatnya kantung-kantung air. Tempat terjadinya proses pelapukan secara fisik, kimia dan bilogis dalam waktu yang lama. Keadaan tanah yang diolah sebaiknya dalam keadaan tidak basah
sebab akan lengket dan sukar digemburkan. Selain itu juga tidak terlalu kering, sebab akan terasa keras, sehingga perlu tenaga yang besar. Jadi sebaiknya dalam keadaan lembab agar mudah pengolahannya.
Cara pengolahan tanah untuk bertanam jagung, yaitu: Setelah
tanah diolah, maka tanah dibuat bedengan dengan ukuran yang sesuai dengan luas lahan. Selain itu di antara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan, yang dalamnya 20 cm dan lebarnya 40 cm. Segera dilakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan tugal/batang kayu Pembuatan jarak antara lubang tanam bergantung pada kesuburan tanah dan daya tumbuh benih.
4. Penanaman tanaman jagung Penanaman jagung dilaksana-kan pada awal atau akhir musim hujan, sehingga pada masa
pertumbuhan tanaman jagung masih tersedia air dari curahan hujan. Penanaman dilakukan dengan cara mengisi lubang tanam dengan satu benih jagung disertai dengan furadan 1 g tiap lubang. Tak lupa pada setiap lubang tanam ditutupi dengan jerami kering terlebih dahulu baru ditutup kembali
dengan tanah.

D. Pemeliharaan Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman jagung adalah proses yang penting, karena akan ikut menentukan hasil produksi dari aktivitas
kita bercocok tanam jagung. Kegiatan pemeliharaan tanaman jagung meliputi:
1. Penyiraman Cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman jagung adalah dengan membuat
saluran air pada sekeliling lahan atau dari turunnya air hujan. Sebab, bila kita harus menyiram lahan yang begitu luas, akan cukup merepotkan. Air bagi tanaman jagung dibutuhkan untuk: Saat awal pertumbuhan yaitu untuk perkecambahan Saat pembentukan tongkol. Akibat kekurangan air adalah: Biji lama/
gagal berkecambah Tongkol jagung menjadi kerdil.
Cara penyiraman lahan tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Pada daerah yang cukup air, penyiraman dilakukan dengan cara menyalurkan air pada saluran air antara barisan
tanaman jagung, tunggu sampai 3 jam, bila air masih sisa dalam saluran tadi, maka air harus dibuang. Pada lahan yang
kering, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Waktu penyiraman tanaman jagung adalah: Setelah masa tanam jagung selesai, dengan tujuan agar biji jagung segera berkecambah. Setiap hari satu kali tanaman jagung disiram
selama satu minggu. Setelah istirahat, penyiraman kembali dilakukan setelah minggu ke-4, Saat pembentukan tongkol,
tanaman jagung disiram sehari sekali agar tumbuh dengan sempurna. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman
tanaman jagung adalah: Jangan menyiram tanaman jagung jika hari sudah hujan. Karena jika terlalu banyak air tanaman jagung bisa membusuk dan akhirnya mati. Penyiraman hanya dilakukan jika lahan kering saja.
2. Penyiangan Penyiangan adalah kegiatannmembuang rumput liar/pengganggu yang ikut tumbuh bersama tanaman jagung, yang sering disebut gulma. Macam-macam rumput liar yang
sering tumbuh dalam lahan jagung adalah: Rumput teki Alang-alang Kaki/ tapak kuda Meniran Krokot, Cara penanggulanggan rumput liar atau gulma ini adalah dngan cara: Langsung dicabut dengan tangan secara beramai-ramai.
Dengan menggunakan herbisida yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi gulma.
3. Pembumbunan adalah penimbunan tanah pada sekeliling tanaman jagung. Caranya adalah sebagai berikut: Pertama-tama kita bersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman jagung, dengan cara dicabut Ambil hasil cabutan rumput liar
tadi, dan timbun dengan tanah pada sekeliling tanaman jagung.
4. Pemberian pupuk Pemberian pupuk yang dimaksudkan disini adalah pemupukan lanjutan, yaitu setelah tanaman jagung berumur 2 minggu, dengan cara ditaburkan pada larikan tanaman jagung Pemberian urea juga diberikan setelah tanaman jagung berumur 40 hari, dengan tujuan menungkatkan jumlah dan kualitas tongko, jagung.
5. Pemberian garam inggris Tujuan pemberian garam inggris
pada tanaman jagung adalah untuk, menambah kesempurnaan pertumbuhan sruktur daun Menambah kesempurnaan
pertumbuhan tongkol jagung Memperkuat daya tahan tanaman jagung dari serangan penyakit, seperti bulai cara pemberian garam inggris pada tanaman jagung adalah sebagai berikut, Larutkan garam inggris dalam air dengan perbandingan 4:1 Semprotkan pada bagian daun tanaman Lakukan penyempro-tan setiap semnggu sekali selama 4 minggu berturut-turut.
6. Pembuangan bunga jantan Pembuangan bunga jantan pada tanaman jagung dilakukan pada saat bunga jantan keluar,
tapi sebelum bunga mekar, jadi belum terjadi penyerbukan. Tujuan pembuangan bunga jantan adalah untuk: Pengalihan
kekuatan/tenaga pada pembuatan tongkol agar tongkol jagung menjadi lebih besar, Agar tongkol menjadi lebih banyak,
Pembuangan bunga jantan dilakukan setelah 40 hari penanaman, untuk tanaman jagung yang ditanam di dataran
rendah. Sedangkan untuk tanaman jagung yang ditanam di dataran tinggi, pembungaan bunga jantan dilakukan setelah 50 hari penanaman, karena perbedaan intensitas cahaya matahari
yang diterima. Cara pembuangan bunga jantan adalah sebagai berikut: Goyang-goyangkan batang secara perlahan, jangan terlalu keras sebab dapat merusak bunga, Perhatikan pelepah daunnya, tunggu sampai pelepah daunnya melebar.
Jika pelepah daun sudah melebar, maka cabutlah tangkai bunga jantan pada tanaman jagung dengan hati-hati.

E. Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya. Pengendalian terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Secara tradisional Secara mekanisme atau penanganan secara langsung. Ulat langsung diambil dan dibasmi Tikus, dengan cara digeropyok beramai-ramai, Burung dengan diketapel, tanaman liar dengan disiangi/dicabuti secara langsung Mengusir burung, dengan dipasang orang-orangan untuk menakuti dan pergi jauh supaya tidak memakan jagung. Dengan penanaman secara serentak. Dengan mengadakan rotasi tanaman agar terhimdar dari hama dan penyakit.
2. Modern Untuk mencegah serangan penyakit digunakan fungisida/senyawa kimia pembasmi jamur/fungi. Misalnya, manzate, DIthane, Antracol, Cobox, dan Vitigran Blue. Untuk pengendalian hama digunakan insektisida/senyawa kimia pembasmi serangga/insekta, yang berbentuk cairan yang disemprotkan. Misalnya, Diazinon 60 EC, Baycard 500 EC, HOpcin 50 EC, Klitop 50 EC, Mipcin 50 WP, Azodrin 15 WSC,
Sedangkan yang berupa butiran adalah furadan 3G, Dharmafur, dan Curater.

1. Ulat daun (prodenia litura) Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah sebagai berikut:
Ulat daun menyerang bagian pucuk daun, Umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar 1 satu bulan, Daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak. Pencegahan dgn penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon dan agrocide dengan
ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air.

2. Lalat bibit Disebabkan oleh lalat bibit (Atherigona exigua) Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan
pada daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung mati. Pengendalian dengan menghembuskan HCH 5% pada saat berumur 5 hari. Atau pengobatan dengan penyemprotan
insektisida Hostathion 40EC, sebanyak 2cc tiap liter air dengan volume semprotan 100 liter tiap hektar lahan jagung.

3. Ulat agrotis Gejala yang dialami pada bagian batang yang masih muda yaitu putus akhirnya tanaman jagung mati. Agrotis sp. Melakukan penyerangan pada malam dan siang hari.
Ada 3 macam ulat grayak/agrotis ini, yaitu: Agrotis segetum, yang berwarna hitam, sering ditemukan didaerah dataran tinggi. Agrotis ipsilon, berwarna hitam kecoklatan, di temukan di daerah dataran tinggi dan rendah Agrotis interjection,
berwarna hitam, banyak terdapat di pulau jawa. Pengendalian ulat ini dengan insektisida Dursban 20 EC, dengan dosis 2 ml tiap 1 liter air. Tiap hectare dapat digunakan 500 liter larutan.

4. Penggerek daun dan penggerek batang Bagian tanaman jagung yang diserang oleh ulat sesamia inferens dan pyrasauta nubilasis adalah ruas batang sebelah bawah dan titik tumbuh tunas daun tanaman jagung. Gejala tanaman menjadi layu.
Penanggulangan dengan menggunakan insektisida Azodrin 15 WSC dengan dosis 30 ml dalam 10 liter air.

5. Ulat tongkol (Heliothis armigera) Gejalanya dapat dilihat dengan adanya bekas gigitan pada biji dan adanya terowongan dalam tongkol jagung. Ulat tongkol menyerang/masuk dalam tanaman jagung melalui tongkol, baru memakan biji jagung.
Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau dengan membuat lubang dekat tanaman, diberi insektisida dan ditutup lagi. Dosis yang digunakan 10 gram tiap meter persegi. Sebaiknya dilakukan pada saat tanaman
jagung masih berbunga, jangan menjelang panen, sebab dapat membahayakan kita yang ikut mengkonsumsi jagung karena
residu dari insektisida tersebut.

Penyakit pada tanaman jagung, yaitu:
1. Hawar daun atau karat daun Penyakit hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Hawar daun turcicum Gejala penyakit ini berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong, berwarna hijau kelabu. Lama
kelamaan bercak menjadi besar dan berwarna coklat. Bentuk seperti kumparan, bila parah daun seperti terbakar. Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.
b. Hawar
daun maydis Gejala yang dialami berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun. Bila parah dapat sampai ke jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan dapat mati.
c. Hawar daun corbonum Gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun. Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola yang tumbuh di daerah yang dingin,bersuhu rendah, lembab dan di daerah dataran tinggi.
Pengendalian dengan fungisida atau dengan thiram dan karboxin, serta dengan pengasapan atau perawatan suhu
panas selama 17 menit dengan suhu 55 derajat celcius. 2. Bulai Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora maydis Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku. Pencegahan dengan pemberian Ridomil 35 SD pada benih agar tidak tumbuh jamur pada biji jagung. Tanaman jagung yang mengalami kekurangan zat makanan akan mengalami berbagai gangguan antara lain:
1. Kekurangan nitrogen (N) Akibat kekurangan unsure Nitrogen adalah tumbuhan menjadi kerdil, kurus, dan daun berwarna hijau kekuningan. Akibat yang paling parah tumbuhan jagung tidak berbuah.
2. Kekurangan fosfor (P) Kekurangan Fosfor juga menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun agak ungu & kaku. Pertumbuhan tongkol terganggu, sehingga barisan biji tidak teratur.
3. Kekurangan kalium (K) Gejala yang tampak adalah ujung bagian bawah daun menguning dan mati. Tumbuhan menghasilkan buah yang kecil dan ujungnya runcing.
4. Kekurangan Kalsium (K) Kekurangan kalsium menyebabkan daun mudanya tidak muncul dari ujung tanaman, daun agak kaku, berwarna kuning kehijauan dan kerdil.
5. Kekurangan Magnesium (Mg) Tanaman jagung yg kekura-ngan magnesium, biasanya kerdil, bagian atas daun berwarna kuning. Dengan bergaris-garis tak normal berwarna putih. Daun
yang tua berubah warna menjadi ungu kemerahan pada bagian tepid an ujung daun.
6. Kekurangan belerang (S) Gejala yang tampak pada tanaman jagung yang kekurangan belerang adalah seluruh daunnya berubah warna menjadi kuning, baik dari daun yang muda sampai yang tua. Gejala lain adalah tubuh tanaman jagung menjadi kerdil dan tidak/terlambat berbunga.
7. Kekurangan Seng (Zn) Gelala penyakit ini dilihat setelah
tanaman berumur 2 minggu yaitu pada tengah daun terdapat garis kuning sepanjang tulang daun, sedangkan bagian tepi daun tetap hijau.
8. Kekurangan zat besi (Fe) Gejala penyakit ini dapat dilihat pada daun tanaman jagung bagian atasnya hijau pucat sampai putih di antara urat-urat daun.
9. Kekurangan tembaga (Cu) Gejala penyakit ini muncul
dengan diawali mengeringnya daun termuda, kemudian tanaman jagung menjadi kerdil dan daun yang tua mati.
Gejala yang lain adalah batang jagung menjadi lunak sehingga mudah bengkok atau roboh terkena angin.

Hanya ini yang bisa saya sampaikan tentang cara budidaya jagung yang baik dan benar, mudah-mudahan sahabat petani bisa terbantu dengan cara ini.

Salam Pertanian ...????

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI ( HDB )

Penyakit hawar daun bakteri ( HDB ) merupakan salah satu penyakit padi tersebar di berbagai ekosistem padi, termasuk di Indramayu. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
oryzae pv.oryzae ( Xoo ). Pathogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun
atau lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis.

Gejala Penyakit
1. Bila serangan terjadi awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek, pada tanaman dewasa
menimbulkan gejala hawar. Gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering.

2. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50 – 70 %. Penyakit HDB biasa timbul terutama musim Hujan.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tingi tanpa diimbangi dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap HDB. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi
sangat memacu perkembangan ini. Olh karena itu utk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan,gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya dilakukan secara berselang.

Pengendalian Penyakit
1. Teknik Budidaya
Untuk menekan perkembangan penyakit HDB disarankan dengan pengendalian secara terpadu yang mencakup cara
budidaya dengan perlakuan bibit secara baik, jarak tanam tidak terlalu rapat, pengairan berselang, pemupukan sesuai
kebutuhan tanaman dan varietas tahan. Bakteri penyebab penyakit HDB menginfeksi tanaman melalui luka dan lubang alami, oleh karena itu memotong bibit sebelum ditanam sangat tidak dianjurkan karena kan mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri patogen.

2. Varietas Tanam
Pengendalian penyakit HDB yang selama ini paling efektif adalah dengan menggunakan varietas yang tahan, namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk strain baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama.
Adanya kemampuan patogen bakteri Xoo membentuk pototipe baru yang lebih virulen jg menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan varietas tahan disuatu saat tetapi rentan disaat yang lain dan tahan disuatu wilayah tetapi tidak tahan di wilayah lain. ( dari berbagai sumber ).

Salam Pertanian... !!!

Senin, 05 Agustus 2013

BUDIDAYA UBI ATAU SINGKONG ( KETELA POHON)

Tentunya tanaman satu ini sudah tidak asing lagi di telinga anda , tanaman ini cukup dikenal karena manfaat dari umbi serta daunya. Umbi singkong dapat dikonsumsi langsung
dengan cara digoreng, direbus atau dibakar. Selain itu banyak sekali produk olahan singkong yang membuat tanaman ini makin populer , produk olah tersebut seperti tepung Tapioka ,
Keripik singkong dan Tape singkong.

Umbi singkong merupakan penghasil karbohidrat , dan bisa dijadikan makanan pengganti nasi . Masyarakat di beberapa daerah di Indonesia sudah memanfaatkan singkong sebagai makanan pokok sejak lama . Karena memiliki berbagai
manfaat , tidak heran jika permintaan pasar akan umbi tanaman ini selalu tinggi . Hal ini membuat usaha budidaya tanaman
singkong menjadi salah satu usaha pertanian dengan prospek
menjanjikan.

A. SYARAT PERTUMBUHAN.

1. IKLIM
· Untuk dapat berproduksi optimal, ubikayu memerlukan curah hujan 150- 200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan saat panen.
· Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C. Bila suhunya dibawah 10 derajat C menye-babkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
· Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60 – 65%.
· Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon/singkong sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

2. MEDIA TANAM.
· Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon/singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dgn struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.
· Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon/singkong adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
· Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. pada umumnya tanah di Indonesia ber pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0- 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

3. PEDOMAN BUDIDAYA.
1. BIBIT.
· Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, disukaikonsumen, dan sesuai untuk daerah penanaman. Sebaiknya varietas unggul yang dibudidayakan memiliki sifat toleran kekeringan, toleran lahan pH rendah dan/atau tinggi, toleran keracunan Al, dan efektif memanfaatkan hara P yang terikat oleh Al dan Ca.
· Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
· Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam
· Batang telah berkayu dan berdiameter ± 2,5 cm lurus.
· Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2. PENGOLAHAN MEDIA TANAM.
a. Persiapan.
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah :
- Pengukuran PH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan atau cairan pH tester.
- Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur
hara, kandungan bahan organik.
- Penetapan jadwal / waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu
tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman sejenis.
- Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebu-tuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi
penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga saat panen dan pasar.
b. Pembukaan dan pembersihan lahan.
- Pembukaan lahan pada inti@ adalah merupakan pembersihan lahan dari segala gulma (Tumbuhan pengganggu) dan akar
tanaman sebelumnya.
- Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang memungkinkan ada.
c. Pembentukan Bedengan (Guludan).
- Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahan penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk
memudahkan penanaman sesuai dengan ukuran yang di kehendaki.
- Pembentukan bedengan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman itu sendiri.
d. Pengapuran (bila diperlukan).
- Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yg bersifat sangat asam/tanah gambut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah Kalsit/Kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan adalah 1 – 2,5 ton/hektar. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pd saat pembentukan
Bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

4. TEKNIK PENANAMAN.
1. Penentuan Pola Tanam harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang digunakan pada pola monokulturan adalah 80 x 120 cm.
2. Cara Penanaman Sebelum bibit ditanam disarankan agar bibit direndam terlebih dahulu dengan pupuk hayati SOT HCS yang telah dicampur dengan air selama 3-4 jam. Setelah itu baru dilakukan penanaman di lahan, hal ini sangat bagus untuk
pertumbuhan dari bibit.
3. Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek Ketela Pohon, kemudian tanamlah sedalam 5–10 cm atau kurang lebih 1/3 bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam saja.

5. PEMELIHARAAN TANAMAN.
- Penyulaman.
Untuk bibit yang mati/abnormal segera lakukan penyulaman yakni dengan cara mencabut dan diganti atau disulam. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
- Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/tanaman liar/tanaman pengganggu yang hidup
disekitar tanaman. Dalam satu musim, minimal dilakuakan penyiangan 2 kali. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas dari tanaman pengganggu adalah antara 5 – 10 minggu HST (Hari Setelah Tanam). Bila tanaman peengganggu tidak
terkendali selama periode kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% jika dibandingkan dengan kondisi tanpa gangguan tanaman liar/pengganggu.
- Pembubunan.
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah disekitar tanaman dan setelahnya dibuat seperti gundukan.
Waktu pembubunan bersamaan dengan penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah disekitar pohon terkikis karena hujan atau karena yang lain, maka perlu dilakukan penimbunan ulang.
- Perempelan/Pemangkasan.
Perempelan/Pemangkasan tunas perlu dilakukan kerana minimal setiap pohon harus mempunyai 2 atau 3 cabang, hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi dimusim tanam mendatang.

6. PEMUPUKAN.
Pemupukan perlu dilakukan dengan Pupuk Kandang yang telah
diolah terlebih dahulu dengan POLA HCS. Jika pupuk kandang
berasal dari ternak yang belum menggunakan SOC HCS, maka
kebutuhan per hektar sebanyak 2 ton. Namun jika kotoran berasal dari ternak yang telah menggunakan SOC HCS, maka kebutuhan per hektar hanya 8 kwintal.

Adapun cara pemupukannya adalah sebagai berikut :
- Taburkan Bokashi pada setiap lubang 3 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari.
- Semprot dengan SOT HCS pada tiap lubang 1 hari sebelum tanam pada sore atau pagi hari (8 tutup botol SOT HCS dicampur dengan 14 liter air dan gula pasir 3 sendok makan dan diamkan terlebih dahulu selama 15 menit sebelum dikocorkan).
- Lakukan penyemprotan/pengocoran SOT HCS pada saat 7 HST.
- Selanjutnya lakukan dengan interval 2 minggu sampai usia 3 bulan HST.
- Setelah itu lakukan setiap 1 bulan 1 kali sampai panen.

7. PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN.
Kondisi lahan Ketela Pohon dari awal tanam sampai umur 4-5 bulan HST (Hari Setelah Tanam) selalu daam keadaan lembab, tapi tidak terlalu becek. Pada tanah kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan. Pada musin kering, penyiraman dilakukan dengan cara menyiram langsung namun cara ini dapat merusak gundukan tanah di pangkal pohon. Yang lebih baik adalah dengan system genangan dengan tujuan agar air dapat meresap ke tanah.

8. PENANGGULANGAN OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Lakukan penyemprotan dengan PHEFOC HCS untuk antisipasi dan pencegahan cukup 1 bulan 1 kali. Jika ada gejala terserang OPT maka penyemprotan dengan PHEFOC dapat dilakukan 2 minggu sekali (jangan dibarengkan dengan penyemprotan SOT HCS).

Demikian informasi mengenai Cara Budidaya Singkong ( Ketela Pohon ). Semoga informasi ini bermanfaat bagi pertanian anda ,
selamat mencoba dan semoga sukses .

Selamat Mencoba ...!!!

HAMA DAN PENYAKIT PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

1.Hama Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)

1. Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian:
* pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepas-kan musuh alami, menggugurkan tabung daun.
* penyemprotan insektisida.
2. Padi trip (Trips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai keme-rahan, pertumbuhan bibt terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.
Pengendalian: insektisida
3. Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu;
Spodoptera litura, berwarna coklat hitam; S. exempta bergaris kuning)
Gejala: ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal tulang-tulang daun.
Pengendalian: cara mekanis dan insektisida.

2.Hama di Sawah

a). Wereng coklat penyerang batang padi (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini
dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelom-pok tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
Pengendalian:
* bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti bondoyudo, inpari 13 dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding & kumbang lebah.
* penyemportan insektisida.
b). Wereng penyerang daun padi: wereng hijau (Nephotettix apicalis dan Nimpicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan daun.
Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan, malai yang dihasilkan kecil.
c). Walang sangit (Leptocoriza acuta) Menyerang buah padi yang masak susu.
Gejala: dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak, pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian:
* bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami
seperti jangkrik.
* menyemprotkan insektisida.
d). Kepik hijau (Nezara viridula) Menyerang batang dan buah padi.
Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan & pertumbuhan tanaman terganggu.
Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan insektisida.
e). Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Dapat menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”. Pengendalian:
* menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati,
* menggunakan insektisida.
f). Hama tikus (Rattus argentiventer) Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan,melepas  musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan
pestisida dengan tepat, intensif & teratur, memberikan umpan
beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau
beras.
g). Burung (manyar Palceus manyar, gelatik Padda aryzyvora, pipit Lonchura lencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putih L. ferramaya).
Gejala: Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.
Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau
orang-orangan.

3.Penyakit Tanaman
a). Bercak daun coklat Penyebab (jamur Helmintosporiu. oryzae).
Gejala: menyerang pelepah, malai. buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Bij. berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian:
* merendam benih di dalam air panas, pemupukan berimbang,
menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air raksa
dan bubuk kapur (2:15)
* dengan insektisida.
b). Blast Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang didekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
Pengendalian:
* membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas
unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan bulir; * menyemprotkan insektisida.
c). Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,) Penyebab: jamur Cercospora oryzae.
Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat. Pengendalian:
* menanam padi tahan penyakit ini seperti Citarum, mencelup-kan benih ke dalam larutan merkuri
* menyemprotkan fungisida.
d). Busuk pelepah daun Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.
Pengendalian:
* menanam padi tahan penyakit ini
* menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan.
e). Penyakit fusarium Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi
kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk,
tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
f). Penyakit nod a/api palsu Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens.
Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak me-nimbulkan kerugian besar.
Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyem-protkan fungisida pada malai sakit.
g). Penyakit kresek/hawar daun Penyebab (bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)
Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Serangan menyebabkan gagal panen.
Pengendalian:
* menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan.
* pengendalian kimia dengan bakterisida
h). Penyakit bakteri daun bergaris/Leaf streak Penyebab bakteri
X. translucens.
Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis basah berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga daun seperti terbakar.
Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari luka mekanis, pergiliran varitas dan bakterisida.
i). Penyakit kerdil Penyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata lugens.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Penyakit ini sangat merugikan.
Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada memberantas vektor.
j). Penyakit tungro Penyebab virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi.
Pengendalian: menanam padi tahan wereng sepert Bondoyodo, inpari 13 dll.

4.Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi adalah rumput-
rumputan seperti rumput teki (Cytorus rotundus) dan gulma
berdaun lebar. Pengendalian dengan cara mekanis (mencabut,
menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan herbisida dll.

1. Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata)
Tryporyza innotata dinamakan pengerek batang padi putih karena ngegatnya berwarna putih. Dahulu hama ini dikenal hama yang menghuni hamparan sawah tadah hujan. Hama ini dominan didaerah tadah hujan karena hama ini mampu berpuasa 3 sampai 6 bulan pada saat tanah sedang kering dan tidak ada tanaman padi. Namun demikian hama ini justru lebih banyak ditemukan didaerah berpengairan teknisseperti di jalur pantura (pantai utara jawa).

Perubahan prilaku ini diduga merupakan akibat dari pemba-ngunan saluran irigasi dan pengaruh pestisida yang digunakan secara terus menerus.

2. Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas)
Scirpopaga incertulas atau disebut juga Tryporyza incertulas
dkenal sebagai pengerek batang padi kuning karena ngegatnya
berwarna kuning kecoklatan. Ciri lain dari ngegat ini adalah titik
hitam dibagian belakang sayap depannya. Pada ngegat betina
titik hitam ini lebih besar dan lebih jelas disbanding dengan titik hitam yang ada pada ngegat jantan. Dahulu hama ini dikenal sebagai hama yang ada pada pengairan yang baik dimana ngegat tidak mengalami masa puasa. Namun demikian kini hama ini justru menyebar di daerah yang menanam padi dua kali setahun.

3. Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen)
Sesamia inferen disebut sedagai pengerek batang padi merah jambu karena ulatnya berwarna merah jambu. Pengerek batang ini tidaklah sepenting pengerek batang padi putih dan pengerek batang padi kuning. Populasinnya hanya sedikit dan
belum pernah dilaporkan yang mengakibatkan kerusakan serius. Pengerek batang padi merah jambu hanya menyerang bersama-sama dengan pengerek batang padi kuning atau pengerek batang padi putih.

4. Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis)
Chilo supressalis disebut pengerek batang padi bergaris karna ulatnya memiliki dua garis memanjang. Hama ini juga tidak terlalu mengakibatkan kerusakan yang berarti pada tanaman padi.

5. Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus)
Chilo polychrysus disebut pengerek batang padi berkepala hitam karena ngengatnya berkepala hitam. Dan hama ini juga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman padi.

6. Pengerek Batang Mata Bertungkai (Diopsis macropthalma)
Diopsis macropthalma disebut penegerek batang padi mata bertangkai karena bagian kepalanya mempunyai tonjolan berwarna merah yang bagian ujungnya membulat seperti mata yang bertangkai, Hama ini ditemukan dibenua Afrika.

BEBERAPA MUSUH ALAMI DARI HAMA PENGGEREK BATANG PADI :
Pada saat pengerek batang padi masih berupa telur, pengerek
batang padi ini mempunyai musuh alami sebagai berikut :
1. Parasit Telur Telenomus
Parasit telur Telenomus (Telenomus rowani, Hymenoptera, Scelionidae) merupakan parsit kecil berwarna hitam yang memparasiti telur-telur pengerek batang padi.tabuhan
telenomus mencari ngegat betina pengerek batang yang telah siap bertelur dan kemudian hinggap di ujung perut ngegat dewasa, dekat dengan ovipositor (alat untuk meletakkan telur). Ketika ngegat mulai bertelur, tabuhan ini segera menitipkan telurnya dengan menyuntikkan kedalam telur-telur yang abru keluar dari ngegat-ngengat dewasa. Setelah 10-14 hari, yang keluar dari kelompok telur tersebut bukan ulat pengerek batang padi namun yang keluar tersebut adalah tabuhan telenomus baru yang siap mengamankan sawah dari serangan pengerek batang padi. Tingkat parasitasi tabuhan telenomus dilapangan adalah antara 36%-90%.
2. Parasit Trichogramma
Parasit (Trichogramma japonicum, Hymenoptera,
Trichogrammitidae) ini berwarna hitam, lebih kecil dari semut.
Hama ini sering muncul dari kelompok telur pengerek batang.
Parasit ini meletakkan telur dengn menyuntikkan ovipositornya
diantara bulu-bulu halus yang menutup telur. Telur parasit
diletakkan satu per satu pada tiap telur pengerek batang. Tingkat parsitasi dilapangan berkisar antara 40%.
3. Jangkrik Ekor Pedang ( (Metioche vittaticollis)
Jangkrik ekor pedang (Metioche vittaticollis atau Anaxpha
longipennis; Orthroptera: Gryllidae) merupakan jangkrik pemangsa. Jangkrik ini disebut jangkrik ekor pedang karena
memiliki ekor seperti pedang. Ciri lain dari jangkrik ekor pedang
adalah sungutnya yang panjang sehingga dibeberapa tempat
jangkrik ini juga disebut jangkrik sungut panjang.bukan hanya
jangkrik dewasa, jangkrik ekor pedang muda pun merupakan
pemangsa kelompok telur pengerek batang padi yang rakus.
Dan masih banyak musuh-musuh lami yang lain, yang memangsa dari hama pengerek batang padi sesuai dengan fase-fase dari hama pengerek batang tersebut. Musuh-musuh alami ini dapat digunakan dalam pertanian organic yang memamnfaatkan musuk alami sebagai pengendali hama dan bukan mengunakan pestisida yang dapat membunuh segala macam mahluk hidup yang ada diekosistem tersebut.

Wereng Batang Coklat, Hama Padi yang Sulit Dibasmi

Wereng Batang Coklat ( Nilaparvata lugens ) atau disebut juga
Wereng Coklat merupakan salah satu hama tanaman padi yang
paling berbahaya dan sulit dibasmi. Bersama beberapa jenis
wereng lainnya seperti wereng hijau ( Nephotettix spp.) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera ), wereng batang coklat telah banyak merugikan petani padi bahkan menga-kibatkan puso dan gagal panen.

Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga
mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu
bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat ( Nilaparvata
lugens ) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro.

Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.

Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi.
Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang
dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan
Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago, inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.

Hama Padi yang Sulit Dibasmi . Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.

Tidak jarang, hama wereng batang coklat ( Nilaparvata lugens )
tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga
sering kali para petani memberikan dosis pestisida yg berlipat
ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida
sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan
dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.

Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak
dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali dua kali musim
tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan,
namun untuk selanjutnya varietas tersebutpun musti takluk oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens ).

Musuh Alami Wereng Sirna. Dalam kondisi normal, alam selalu
mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu
menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yg membludak
populasi karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau . Demikian juga populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.

Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan
mengendalikan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens ) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung, seperti:
- Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)
- Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus)
- Laba-laba berahang empat (Tetragnatha maxillosa).
- Kepik permukaan air (Microvellia douglasi)
- Kepik mirid ( Cyrtorhinus lividipennis )
- Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes)
- Kumbang koksinelid (Synharmonia octomaculata)
- Kumbang tanah atau kumbang karabid ( Ophionea nigrofasciata )
- Belalang bertanduk panjang ( Conocephalous longipennis )
Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)

Sayangnya spesies-spesies yang secara alami mempunyai
kemampuan membasmi dan mengendalikan hama wereng batang coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat pola tanam dan pengelolaan pertanian yang kurang ramah lingkungan.

Klasifikasi ilmiah . Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda;
Upafilum: Hexapoda; Kelas: Insecta; Ordo: Hemiptera; Famili:
Delphacidae; Genus: Nilaparvata; Spesies: Nilaparvata lugens.
Nama binomial: Nilaparvata lugens ; Nama Indonesia: Wereng
Coklat, Wereng Batang Coklat

Salam Pertanian ...!!!!

Kamis, 18 Juli 2013

KUNCI SUKSES TANAM CABAI KERITING DI LAHAN KERING

Budidaya cabai keriting adalah hal yang sudah tidak asing lagi, tetapi kalau menanamnya di lahan kering atau lahan tadah hujan atau lahan miring, membutuhkan kiat-kiat khusus agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Kita hanya dapat menanam satu kali saja dalam setahun, karena pengairan sangat bergan-tung pada air hujan. Inilah beberapa kunci suskses budidaya cabai keriting di lahan kering:

1. Persiapan Lahan

Lahan dibuat guludan dengan ukuran lebar 100-110cm panjang menyesuaikan dengan lahan. Tinggi guludan 30-50 cm, jarak antar guludan/parit 50 cm. Guludan dibuat sesuai garis kontur atau nyabuk gunung. Pembuatan guludan ini dilaksanakan pada musim kemarau, sehingga sewaktu hujan turun lahan sudah siap. Berikan pupuk organik secukupnya. Pupuk dasar diberikan sebelum guludan ditutup dengan plastik mulsa, yaitu sesudah tanah cukup basah oleh air hujan.

2. Pembibitan dan Waktu Tanam

Benih cabai keriting dari berbagai varietas sekarang sudah banyak tersedia di toko-toko pertanian. Karena sangat bergan-tung pada air hujan, pembibitan cabai keriting dilakukan setelah hujan dengan intensistas tinggi turun pertama kali, biasanya pada awal bulan Nopember. Setelah bibit berumur sekitar 25 hari atau hujan sudah turun dengan intensitas tinggi, siapdipindah tanam.

3. Pemupukan dan Pengendalian OPT

Pemupukan susulan diberikan dengan interval 1 minggu sekali dengan cara dikocor atau di tajug dengan membuat lubang disebelah lubang tanam berjarak 15 cm dari tanaman. Pupuk yang digunakan menyesuaikan dengan kebiasaan setempat. Bisa digunakan pupuk NPK phonska dan ZA serta tambahan pupuk mikro (calsium, magnesium, boron dll).
Pemupukan terus dilanjutkan sampai dengan masa panen, dengan menambahkan unsur kalium (KCL, MKP).

Pengendalian OPT dilakukan sejak awal. Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman cabai tampar pada musim
penghujan adalah Lalat buah, Ulat buah dan Antraknosa (pathek). Hama thrips kadang juga menyerang tanaman cabai
tampar pada musim hujan. Untuk mengendalikan lalat buah dan ulat dapat dibuat perangkap sex pheromon yang dipasang di luar areal pertanaman, dan Dilakukan penyemprotan secara rutin dengan insektisida kontak dari golongan pyrethroid atau organophospat pada saat tanaman mulai berbuah. Untuk hama
thrips bisa digunakan insektisida berbahan aktif abamektin, klorfenapir, imidakloprid, dll. Penyemprotan dilakukan dari atas dan bawah bagian tanaman. Sedangkan untuk penyakit antraknosa/pathek dapat dikendalikan dengan fungisida nabati atau fungsida kimia berbahan aktif Mankozeb, Propineb, Ziram, Tembaga Hidroksida, atau dari golongan Triazole.Pengendalian hama dan penyakit juga bisa dilakukan dengan menjaga sanitasi lingkungan, membersihkan lahan dari gulma dan buah yang rusak dikubur atau dibakar.

4. Panen dan Pasca Panen

Umumnya cabai tampar dapat dipanen sekitar umur 90 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan 2-3 hari sekali, jangan
lebih dari 5 hari, karena buah akan terlalu masak dan kualitas menurun. Cabai yang telah dipanen bisa dijual dipasar (untuk daerah Kuala Simpang dan sekitarnya) pada pagi hari atau pada
Sore hari.

Ditulis Oleh: Rahmad (P.A.R. Kec. Bendahara)
E-mail : vjamexs@yahoo.co.id
Hp: 082360051644

Sabtu, 13 Juli 2013

BUDIDAYA CABAI KERITING

Kali ini saya akan mengulas tentang bagaimana budidaya cabai keriting yang  baik dan benar, langsung aja yuk kita baca sama-sama,

Aspek Teknik Budidaya Cabai Keriting
A. Golongan Cabai Keriting
Cabai keriting merupakan tanaman musiman dengan tinggi dapat mencapai satu meter, daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih.

Tanaman cabai keriting merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Tanaman ini
dapat tumbuh dan berkembang biak didataran tinggi maupun dataran rendah. Klasifikasi botani tanaman cabai keriting adlh sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Family : Solaneceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L

B. Teknik Budidaya
1. Syarat Iklim.
Pada umumnya cabai keriting dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang
membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai keriting adalah 240 – 270C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C.
2. Syarat Tanah.
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tana-man pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai keriting menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing
(nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8.
3. Persiapan Lahan dan Tanam.
Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
• Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya.
• Pengapuran dilakukan jika tanah yang akan ditanami cabai keriting cendrung bersifat asam
• Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 – 40 cm, kemudian dikeringkan selama 7 – 14 hari.
• Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm, tinggi 40 – 50 cm, dan panjang
disesuaikan dengan lahan.
• Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi
ataupun kompos) yang telah matang. Apabila menggunakan MPHP maka bedengan lansung dicampur dengan pupuk anorganik (Urea, ZA, SP-36, KCL atau pupuk NPK)
4. Penyiapan Benih dan Pembenihan.
Benih dapat disemai langsung dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang, sebelumnya bumbung diisi dengan
media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK yang dihaluskan serta Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam bumbungan hingga penuh. Benih cabai keriting yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 – 1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. Berikutnya semua bumbung yang telah diisi benih cabai keriting disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah. Setelah itu segera
lindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan), pemeliharaan persemaian adalah penyi-raman 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter air, saat tanaman muda berumur 10 – 15 hari, serta penyemprotan pestisida
pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk men-gendalikan serangan hama dan penyakit.
5. Pemasangan MPHP.
Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan pupuk buatan secara total sekaligus. Campuran pupuk buatan ini disebar merata dengan tanah bedengan, setelah itu tutup tanah dengan plastik MPHP. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan
dulu selama + 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) benih cabai keriting yang di-tanam. Setelah di pasang lalu lakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang. dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan.
6. Penanaman.
Benih cabai keriting yang siap ditanam ialah yang telah ber-umur 17 – 23 hari atau berdaun 2 – 4 helai. Jarak tanam untuk
cabai keriting adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, benih cabai keriting yang siap dipindah tanamkan segera disiram dengan
air bersih secukupnya. Setelah media semainya cukup kering, benih cabai keriting di tanam dengan kokerannya.
7. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi :
* Pemasangan Ajir (turus) bertujuan untuk menopang pertum-buhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah, pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 1 bulan setelah tanam hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman sewaktu memanennya.
* Penyiraman (Pengairan) dilakukan pada awal pertumbuhan pada saat cabai keriting menyesuaikan diri tehadap lingkun-gan, maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan sesuai keadaan cuaca.
* Perempelan Tunas dan Bunga Pertama bertujuan untuk mera-ngsang pertubuhan tunas-tunas dan percabangan diatasnya
yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Dilakukan pada umur antara 7 – 20 hari.
* Pemupukan Tambahan (susulan), sekalipun tanaman cabai keriting sudah di pupuk total pada saat akan memasang MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk tambahan. Jenis pupuk yang digunakan pada
fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) adalah pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, pada saat pertumbuhan bunga dan buah (generatif) menggunakan
pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan Kaliumnya tinggi.
* Pengendalian Hama dan Penyakit, salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai keriting adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai keriting karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.) berkisar antara 5% – 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai keriting diajurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini mencakup pengendalian kultur teknik, hayati (biologi), varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, dan cara kimiawi.
8. Panen.
Panen cabai keriting sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai keriting mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali.
Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai keriting dipilih pada tingkat kemasakan85%–90% saat warna buah merah kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai keriting untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali.

Itu lah Teknik budidaya cabai keriting saya tau, insya allah sahabat petani di indonesia bisa mencobanya.,

Salam Pertanian ... !!!

Profil: VJ Amexs
E-mail: vjamexs@yahoo.co.id
Stts  : Pantauan Alam Raya

Minggu, 07 Juli 2013

BUDIDAYA GAMBAS

Salam pertanian ...!!!
Kali ini saya akan berbagi ilmu budidaya Gambas atau nama Adalah Oyong.
Gambas atau oyong atau emes ( Luffa acutangula, suku labu-labuan atau Cucurbitaceae), adalah komoditi sayuran minor. Penanamannya biasanya dilakukan dipekarangan atau bagian ladang yang tidak digunakan untuk tanaman lain. Gambas dipanen buahnya ketika masih muda dan diolah sebagai sayur. Gambas atau oyong atau emes masih sekerabat dengan belustru (Luffa aegyptica).

Tanaman ini termasuk dalam famili Cucurbitaceae, berasal dari India, namun telah beradaptasi dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini adalah buah muda, kegunaan lainnya antara lain serat bunga karangnya (bagian dalam buah tua) digunakan untuk sabut, daunnya digunakan untuk lalab atau dapat juga diguna-kan untuk obat bagi penderita demam.

Syarat Tumbuh
Tanaman oyong merupakan tanaman setahun dan tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dapat ditanam di sawah atau di tegalan. Tanaman ini termasuk tanaman memanjat merambat. Tanaman oyong membutuhkan iklim kering, dengan ketersediaan air yang cukup sepanjang musim. Lingkungan tumbuh yang ideal bagi tanaman oyong adalah di daerah yang bersuhu 18-24 ° C, dan kelembaban 50-60%.

Tanaman oyong toleran terhadap berbagai jenis tanah, hampir semua jenis tanah cocok ditanami oyong. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan ber-drainase baik, serta mempunyai pH 5,5-6,8. Tanah yang paling ideal bagi budidaya oyong adalah jenis tanah liat berpasir, misalnya tanah latosol, aluvial, dan podsolik merah kuning (PMK).

Varietas
Varietas yang dianjurkan adalah San-C, Ping-Ann, Miriam, san-C No. 2 (asal Known You Seed, Taiwan), dan Samson.Kebutuhan benih tiap hektar berkisar 5-10 kg.

Pembuatan Benih
Untuk memproduksi benih sendiri dapat dilakukan dengan melakukan panen oyong kurang lebih 110 hari setelah semai (di dataran tinggi) ditandai dengan buah yang telah berwarna coklat, kering, dan bijinya berwarna hitam. Buah dipotong melintang, bijinya dikeluarkan, dibungkus kertas dan dikering-kan hingga kadar air 8%. Biji disimpan dalam stoples yang tertutup rapat yang telah diisi desikan berupa arang atau
abu sekam.

Persemaian
Oyong diperbanyak dengan biji. Benih oyong dapat ditanam langsung di lapangan dengan menggunakan para-para atau teralis untuk tempat merambatnya sulur. Apabila rambatan belum siap dan persediaan benih terbatas, benih dapat di-semaikan dulu menggunakan kantung plastik hitam yang
berdiameter 5 cm yang diisi 2 benih/kantung. Media yang digunakan untuk persemaian berupa media pupuk kandang
dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Bibit dapat dipindah kelapangan pada umur 15-21 hari atau setelah berdaun 3-5 helai.

Pengolahan Tanah Sistem lubang tanam
Tanah dicangkul sampai gembur. Kemudian dibuat lubang tanam dengan ukuran 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam.

Sistem Bedengan
Tanah dicangkul hingga gembur, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 260 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, tinggi ±30 cm, dan jarak antar bedengan ± 60 cm. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 200 x 60 cm atau 200 x 100 cm kemudian masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam.

Sistem Guludan
Tanah dicangkul sampai gembur, buat guludan selebar 60 cm, tinggi 30 cm, dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan
dengan jarak antar guludan ± 140 cm, kemudian masukkan pupuk kandang 1-2 kg/lubang tanam.

Penanaman dan pemupukan
Benih ditanam secara langsung atau melalui pesemaian. Bila ditanam secara langsung, masukkan biji oyong sebanyak 2-3 butir tiap lubang tanam, kemudian tutup dengan tanah setebal 1-1,5 cm. Selama satu musim tanam, dilakukan pemupukan dengan pupuk buatan NPK (16:16:16) 300 kg + Urea 100 kg per hektar. Pemupukan dilakukan pada saat tanam, 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam dengan dosis masing–masing seper-lima takaran dari total dosis yang dianjurkan. Pemasangan rambatan atau para–para dilakukan saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Para–para bisa berbentuk huruf A, setengah lengkung, lengkungan atau persegi panjang.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman oyong yang biasa dilakukan adalah pemangkasan daun, apabila daun terlalu rimbun, penyiraman dan penyiangan.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman oyong antara lain kumbang daun, ulat grayak, ulat tanah, lalat buah, busuk daun, embun tepung, antraknos, layu bakteri dan virus mosaik. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Bila harus menggunakan pestisida, gunakan
pestisida yang relatif aman sesuai
rekomendasi dan penggunaan pestisida hendaknya tepat dalam pemilihan jenis,
dosis, volume semprot, waktu aplikasi,
interval aplikasi serta cara aplikasinya.